
Sejak kecil saya
memang sudah diajarkan untuk hidup mandiri oleh orang tua, bukan berarti
mandiri seperti pria dewasa yang sudah mapan dan mempunyai penghasilan tetap
untuk menghidupi kehidupannya sendiri. Saya diajarkan mandiri mulai dari hal
yang sederhana seperti mencuci pakaian sendiri, membereskan tempat tidur,
hingga belajar menghadapi masalah kecil yang menimpa pada diri sendiri pribadi.
Sehubungan dengan hal demikian, saya akan menuliskan perjalanan hidup saya
mulai dari apa yang bisa direkam oleh memori ingatan saya dari kecil hingga
saat ini.
Masa kanak-kanak
Di usia saya yang
terbilang memasuki masa menginjak dewasa ini, saya sangat tertinggal oleh
teman-teman sebaya. Saya baru mulai masuk sekolah dasar di usia 8 tahun karena
pada saat itu saya termasuk anak yang berstuktur fisik kecil sehingga orang tua
saya enggan untuk menyekolahkan saya pada usia yang wajar, saat itu persyaratan
untuk mulai masuk Sekolah Dasar di kampung saya minimal berusia 6 tahun. Dari
kecil saya memang tidak pernah mengenyam bangku nol kecil seperti Taman
Kanak-Kanak, Play Group, ataupun
PAUD. Tetapi kemampuan akan mental dan prestasi saya tidak jauh berbeda denga
anak-anak yang pernah bermain di Play
Group. Terbukti setelah belum genap satu semester di Sekolah Dasar saya
sudah mampu membaca, menulis, serta berhitung matematika. Kemampuan tersebut
saya dapat hanya dari kegiatan formal di sekolah karena orang tua saya tidak
pernah memperhatikan nlai akademik apalagi memperhatikan kegiatan saya di
sekolah seperti anak-anak di masa sekarang, bahkan saat mendapat peringkat
kelaspun orang tua saya tidak pernah tahu.
Seperti anak-anak SD lain pada umumnya, saya juga
memiliki bakat dan minat. Anda pernah mendengar nama-nama tokoh dunia
seperti Thomas Alva Edison
atau Michael Faraday? Yaps benar!
Mereka adalah tokoh-tokoh terkemuka dunia dalam bidang elektro atau listrik.
Alasan saya mengidolakan mereka adalah karena pada saat itu saya sangat
tertarik dengan bidang elektronik. Saya senang membaca buku ataupun majalah
yang berbau elektronik. Sayapun mempraktekkan dari apa yang saya pelajari dari
buku-buku tersebut. Otak-atik sisa barang elektronik adalah hal yang mengasikkan saat itu.
Kedatangan remaja

Masa SMP adalah
masa-masa gencarnya saya bermain musik. Mulai dari piano, gitar, drum, pianika,
harmonika, recorder, hingga alat musik tradisionalpun saya kuasai. Tidak butuh
waktu lama sayapun membentuk grup musik saat kenaikan kelas dua SMP yang syukur
sampai sekarang grup band yang saya bentuk telah melahirkan enam buah lagu
ciptaan sendiri (saya dan personil band lainnya).
Pendewasaan di Putih Abu-Abu
Di Sekolah Menengah
Atas kegiatan musik saya mulai berkurang mungkin karena jarak yang berjauhan
dengan anggota personil band lainnya sehingga kami jarang kumpul. Saya masuk
SMA swata di Bandar Lampung (tanpa tes di sekolah negeri) yang dijuluki Kampus
Biru. Inilah saatnya saya diuji oleh orang tua untuk hidup mandiri, mandiri
dalam mengatur keuangan dan cara hidup. Ternyata tidak susah jauh dari orang
tua, saya tidak terlalu terbebani mungkin karena sudah di latih sejak kecil.
Di SMA saya masih
bermain musik walaupun sudah jarang sehingga saya menemukan minat lain lagi
yang sedikit menyimpang sejak kecil yaitu Komputer.
Saya tertarik dengan komputer terutama dalam hal multimedia, perakitan, dan
working (komputer sistem jaringan). Minat saya memang selalu berubah setiap
jenjang pendidikan tetapi tanpa menghilangkan minat sebelumnya. Mudah-mudahan
di perguruan tinggi nanti saya tidak salah dalam mengambil penjurusan sesuai
minat karena besar kemungkinan dipeguruan tinggi nanti minat saya berubah lagi
(asal jangan jadi dancer aja..hehehehe).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar